Kegiatan yang dilakukan mencakup intrakurikuler, ko-kurikuler, hingga ekstrakurikuler.
Situasi 1: Program Kebun Cahaya (ko-)
Situasi 2: Menyusun lay out Kelas (ko-)
Situasi 3: Pembentukan Komite Studi Wisata (ko-)
Situasi 4: Menyiasati pembentukan ekstrakurikuler di tengah-tengah pandemi (ekstra-)
Situasi 5: Potensi pakan ternak organik dari lingkungan dan masyarakat sekitar (ko-)
Situasi 6: Pembentukan program ekstrakurikuler ITS (Information Technology Student). (ekstra-)
Guru tidak memutuskan sendiri, namun meminta pendapat peserta didik. Pada setiap situasi. Hebatnya guru bukan hanya mendapatkan suara (voice) dari murid, guru juga ternyata bisa mendapatkan bahan yang bisa menjadi pilihan (choice) para murid justru dari masukan murid itu sendiri.
Situasi 1: Pak Segar mengajak beberapa murid-muridnya bercakap-cakap, meminta ide, menanyakan apa saja yang mereka inginkan ada di halaman bermain sekolah mereka.
Situasi 2: Bu Ara ingin melibatkan murid-muridnya mengatur sendiri ruang kelas mereka.
Situasi 3: Pak Atap ingin sudi wisata memiliki nilai lebih tidak sekadar kegiatan rutin dengan mengajak rekan guru serta peserta didik melakukan refleksi terhadap kegiatan tahunan tersebut.
Situasi 4: Pak Bahri mengajak peserta didik mengisi kekosongan di masa pandemi dengan membuat ekstrakurikuler yang bermanfaat.
Situasi 5: Guru menantang murid untuk mengidentifikasi potensi pakan ternak organik dari lingkungan dan masyarakat sekitar.
Situasi 6: Tercetus ide dari murid-murid untuk membuat sebuah wadah kegiatan bagi murid-murid TKJ.
Profil pelajar Pancasila yang dikembangkan sebagai berikut.
Situasi 1: Kreatif, bergotong royong.
Situasi 2: Kreatif, mandiri, berkebinekaan global.
Situasi 3: Bernalar kritis, bergotong royong.
Situasi 4: Bernalar kritis, mandiri
Situasi 5: Bernalar kritis, kreatif, mandiri
Situasi 6: Kreatif, Bernalar kritis, berkebinekaan global